Di Asia, ia dikecam sebagai penyebab krisis ekonomi. Di Eropa juga dikenal sebagai penghancur bank sentral Inggris. Di satu sisi ia dianggap mengubur jutaan rakyat sejumlah negara dalam kemiskinan, di lain sisi badan amalnya menyumbang ratusan juta dolar AS untuk negara-negara miskin. Ia dicurigai sebagai anggota persaudaraan Freemason, juga agen Illuminati. Meski begitu, ramalan-ramalannya hampir selalu tepat, termasuk prediksi bahwa Amerika akan mengalami krisis serupa depresi ekonomi besar-besaran 1930 yang melanda Negeri Paman Sam.
Nama George Soros mencuat ketika dituduh sebagai
yang bertanggungjawab atas tumbangnya Bank Sentral Inggris. Kala itu, Soros
mengambil kesempatan atas kegamangan Bank Inggris yang tengah berada di antara dua
pilihan sulit; mengikuti Mekanisme Tingkat Pertukaran sebanding negara-negara
Eropa lain dengan menaikkan suku bunga, ataukah membuat mata uang Inggris
mengambang.
Peristiwa itu dikenal sebagai “Rabu Kelam”, 16
September 1992. Skemanya, Soros melakukan transaksi kosong bernilai lebih dari
10 miliar posn sterling, yang memaksa Bank Inggris menarik mata uang dari Mekanisme
Tingkat Pertukaran Eropa dan mendevaluasi mata uang itu. Sekejap mata, Soros
meraup—atau menjarah—sekitar 1,1 miliar dolar AS! Atas “prestasi”nya itu ia
mendapat julukan “The man who broke the Bank of England".
Analisa-analisa Soros membuatnya diperkonon jago
meramal. Sebelum krisis keuangan global 2008 terjadi, jauh hari sebelumnya Soros
sudah memberi peringatan sebanyak tiga kali. Mula-mula dipaparkan dalam bukunya
yang pertama, “The Alchemy of Finance”
tahun 1987. Setahun berselang, dia kembali memberi peringatan dalam
buku bertajuk “The Crisis of Global
Capitalism”. Tahun 2008, dia menerbitkan bukunya yang ketiga, “The New Paradigm for Financial Markets,” yang
menjelaskan ramalannya bahwa ada suatu “gelembung super” yang sudah
mengalami masalah selama 25 tahun terakhir. “Gelembung” ini siap meledak. Ahli
ekonomi, keuangan, dan perbankan yang tak menghiraukan ramalan ini dibuat
terbelalak, karena ternyata ramalan Soros itu terbukti benar!
Tahun 1997, hanya beberapa bulan setelah IMF dan Bank
Dunia memuja-muji ekonomi Asia Timur, termasuk Indonesia, sebuah badai krisis
keuangan meluluh-lantak perekonomian sejumlah negara di Asia. Mata uang-mata
uang Asia terhadap dolar AS tersungkur jatuh di bursa valas internasional. Nilai
rupiah di Indonesia kemudian anjlok dari Rp2.500 per dolar AS menjadi Rp15.000
per 1 dolar AS. Ribuan perusahaan bertumbangan. Jutaan rakyat menganggur.
Kejahatan merajalela. Chaos...
Pertengahan 1997 adalah masa ketika pembayaran
hutang perusahaan-perusaaan swasta Indonesia jatuh tempo dengan jumlah sekitar
8 juta dolar. Belum ditambah utang BUMN yang juga jatuh tempo dan kewajiban
pemerintah untuk membayar cicilan utang dan bunganya yang cukup besar, sekitar
6 miliar dolar. Dengan begitu, kebutuhan terhadap dolar meningkat. Ini
merupakan kesempatan bagi spekulan uang untuk memborong dolar dan kemudian menjualnya
dengan harga tinggi, yang menyebabkan harga-harga melambung tinggi, dan membuat
pemerintah Indonesia terbebani utang sebesar Rp1.500 triliun.
Mahathir Mohamad menjadi salah seorang pemimpin negara di Asia yang menunjuk
Soros sebagai dalang dibalik krisis moneter yang melibas negara-negara Asia, melakukan investasi spekulatif jangka pendek di pasar saham Asia Timur dan real estate, kemudian
melakukan divestasi pada gejala awal dari devaluasi mata uang.
"Semua negara-negara (di Asia Timur) menghabiskan masa 40 tahun untuk membangun ekonomi mereka, dan seorang tolol seperti Soros datang bersama uang yang banyak, untuk berspekulasi dan merusak pa yang telah kami bangun! marah Mahathir.
"Semua negara-negara (di Asia Timur) menghabiskan masa 40 tahun untuk membangun ekonomi mereka, dan seorang tolol seperti Soros datang bersama uang yang banyak, untuk berspekulasi dan merusak pa yang telah kami bangun! marah Mahathir.
Tudingan ini diarahkan balik oleh Soros ke Mahathir. Baginya, tuduhan itu
hanya alasan Mahathir untuk menutupi ketidakmampuannya menyelamatkan perekonomian
Malaysia. Dan menurut Soros, pasar akan menentukan dirinya sendiri. Artinya,
bisnis yang dia lakukan hanya semata-mata memenuhi peluang pasar, meski
sesungguhnya Soros menyadari bahwa akibat transaksinya tersebut akan
meruntuhkan Ekonomi negara-negara di Asia. Belakangan, Mahathir menarik hujatannya
tersebut, ketika George Soros berkunjung ke Malaysia 2006 lalu.
Sekadar catatan,
perdagangan valas yang dilakukan Soros telah memberi keuntungan kepadanya
sebesar satu miliar dolar per tahun, meski itu berarti harus mengorbankan
jutaan rakyat di sebuah negara, termasuk Indonesia tentunya.
Soros
merupakan keturunan Yahudi yang sempat merasakan represivitas di masa Nazi. Ia
lahir sebagai Schwartz György di Budapest Hungaria 12 Agustus 1930. Ayahnya
seorang pengacara sekaligus penulis dalam bahasa Esperanto, adalah seorang Yahudi
asal Hungaria, tawanan perang di Rusia yang melarikan diri ke Budapest. Usia
Soros empat belas tahun ketika Perang Budapest meletus. Tentara Soviet dan Nazi
menggeledah dari satu pintu rumah ke pintu rumah lain. Seluruh warga keturunanYahudi
ditangkapi, sebagian lagi dieksekusi. Ia selamat. Seorang pegawai Kementerian
Pertanian Hungaria membawanya kabur ke Inggris.
Di
Inggris ia hidup dalam kemiskinan. Terlunta-lunta di jalanan. Atas bantuan dari
pamannya yang seorang Yahudi ortodoks, dirinya berkesempatan mengenyam
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi London—London School of Economics,
yang memberinya kesempatan belajar ilmu ekonomi hingga meraih gelar Bachelor of
Science pada tahun 1952. Untuk memenuhi kebutuhan hidup harian, Soros menjalani
profesi sebagai pelayan restoran dan portir kereta api.
Berbagai
profesi pernah dilakoninya termasuk pula bekerja di toko souvenir sembari
mengirim lamaran kesana-sini, yang lalu diterima
di bank perniagaan Singer & Friedlander. Tahun 1963 Soros hijrah ke New
York. Ia kemudian bekerja sebagai seorang analis pada Wertheim dan Perusahaan
dari tahun 1959 sampai dengan 1963. Ketajaman analisa ekonomi mengantarkannya bekerja sebagai
trader dan analis sampai tahun 1963. Di masa ini ia mulai menerapkan ilmu yang
diserap dari filsuf Karl Popper yang merupakan seorang dosennya. Investigasi
mengenai cara menangani investasi pun dimulai. Ia mempelajari dinamika
yang terjadi di jalur antara titik-titik ekstrim valuasi dan keseimbangan dalam
pasar.
Tahun 1973 ia mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja dengan alasan regulasi investasi membatasi kemampuannya mengelola dana-dana itu sebagaimana yang dikehendakinya, dan untuk lantas membangun sendiri perusahaan investasi swasta, yang dikemudian hari dikenal sebagai Quantum Funds. Targetnya, menghasilkan uang sekira 500 ribu dolar AS dalam jangka lima tahun di Wall Street. Akhir 70-an, pada usia mendekati 50 tahun, kekayaan Soros mendekati 100 juta dolar AS.
Dua perusahaan yang dibangunnya merupakan penyumbang sebagian
besar harta yang dipunya Soros. Pertama, Soros Fund Management yang ia dirikan
sendiri; dan, kedua, Quantum Funds yang dia dirikan bersama Jim Rogers pada
tahun 1970. Usaha Soros berkembang tahun 2006 dan 2007. Akhir 2006, Soros
membeli sekitar 2 juta saham Halliburton, suatu perusahaan multinasional
raksasa AS yang menjadi kontraktor berbagai perusahaan minyak di dunia. Pada
tahun 2007, Quantum Funds meraih laba hampir 32 persen dan mendatangkan
kekayaan bersih sebesar 2,9 miliar dolar AS untuk Soros.
Soros yang antituhan sudah aktif sebagai seorang dermawan sejak tahun 1970-an. Di tengah rezim politik apertheid, mahasiswa-mahasiswa kulit hitam dihibahkan dana untuk berkuliah di Cape Town, Afrika Selatan. Dana itu juga dikucurkan untuk membiayai gerakan-gerakan pembangkangan di Uni Soviet, dan upaya meningkatkan demokratisasi tanpa kekerasan di negara-negara eks Uni Soviet. Sejak 2003, yayasan sosial Soros diperkirakan sudah menyumbang 4 miliar dolar AS.
Menurut laporan Mingguan Time tahun 2007, Soros mendanai dua proyek khusus. Pertama, dia menyumbang 100 juta dolar AS untuk infrastruktur Internet bagi universitas-universitas daerah di Rusia. Lalu kedua, dia menyumbang 50 juta dolar AS untuk memberantas kemiskinan hebat yang melanda Afrika. Sementara itu, Soros sudah memberikan bantuan 742 juta dolar AS untuk proyek-proyek di AS dan sudah mengeluarkan lebih dari 6 miliar dolar AS. Ini mencakup bantuan bagi para ilmuwan dan universitas-universitas di Eropa bagian Tengah dan bagian Timur, bantuan untuk kaum sipil selama pengepungan Sarayevo, dan Transparansi Internasional. Soros juga memberikan 420 juta pon sterling pada Universitas Eropa bagian Tengah.
“Aku menyumbang sekian banyak harta bukan karena desakan rasa bersalah. Bukan juga untuk memperbaiki relasi sosialku demi membangun hubungan yang baik dengan masyarakat. Aku melakukan apa yang mampu aku lakukan, dan aku yakin benar itu!” Soros membela diri dari sejumlah pandangan miring mengenai aktivitas sosialnya.
Atas berbagai dedikasinya, Soros menerima berbagai gelar doktor kehormatan (Honoris Kausa) dari Perguruan Tinggi Baru untuk Riset Sosial di New York, Universitas Oxford Inggris pada tahun 1980, Universitas Corvinus di Budapest, dan Universitas Yale Amerika Serikat pada tahun 1991. Soros juga menerima Anugerah Keuangan dari Fakultas Manajemen Yale pada tahun 2000 dan juga Laurea Honoris Causa, penghargaan tertinggi Universitas Bologna pada tahun 1995.
Tahun 2003 George Soros terlibat dalam konspirasi untuk menggeser Presiden George W. Bush dari kedudukannya. Selama masa pemilihan 2003-2004, ia menyumbang sebesar 23.581.000 dolar AS kepada berbagai kelompok opisisi demi tujuan mengalahkan Presiden Bush, meskipun pada akhirnya upaya ini gagal membuat Bush lengser dari tahtanya, karena faktanya, Bush dipilih kembali untuk masa jabatan yang kedua sebagai Presiden AS pada pemilihan presiden tahun 2004.
Soros punya andil besar dalam ambruknya sosialisme di Eropa bagian Timur. Sejak 1979, Soros membagi-bagikan 3 juta dolar per tahun pada para pembangkang termasuk gerakan solidaritas di Polandia, Piagam 77 di Cekoslowakia. Pada tahun 1984, dia mengirimkan jutaan dolar ke gerakan-gerakan oposisi dan media-media bawah tanah.
Uang
yang berlimpah memang membuat seseorang seperti Soros memiliki daya yang besar
dalam mengintervesi sebuah negara. Campur tangannya dalam pemilihan umum di
Brazil, ternukil dalam catatan sebuah majalah terkemuka Sao Paolo Brazil,
seperti komentarnya berikut;
“Dalam
sistem ekonomi kapitalisme, kepala negara-kepala negara di dunia ditentukan
oleh Ameria Serikat. Dalam pemilu Brazil, kandidat yang menentang kebijakan kami, tidak
boleh terpilih. Pada kenyataannya, bukanlah rakyat Brazil yang memberikan
suara. Jika ada kandidat lain yang terpilih di luar kehendak Amerika Serikat,
Brazil akan berhadapan dengan krisis ekonomi yang besar. AS
kini bagaikan Roma pada zaman dulu, yang merupakan rezim satu-satunya yang
berhak untuk bersuara!”
Teks: Dewa Made Karang
Teks: Dewa Made Karang